Terima kasih saya pada Anda yang sudi mengunjungi saya, di lain kesempatan dapat bertemu lagi.

Salam Perdamaian dan Persahabatan !


Tak lebih yang dapat saya katakan pada Anda selain terimalah Perdamaian Dunia dan ikatan tali Persahabatan Semesta. Sesuatu yang indah di hati kita adalah catatan kenangan
yang pernah singgah dan mengesankan dalam sejarah hidup dan kehidupan kita.
Kedua tapak tangan tertangkup satu, matur sembah nuwun
Fitri Jamilah

Rabu, 18 Juni 2008

JOURNEY TO KOTABARU (Bagian 1)

Tanggal 14 dan 15 Juni yang lalu, saya mendapat sebuah kesempatan yang sangat langka untuk dapat mengunjungi kotabaru, salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan, karena di undang oleh Panitia In House Training SMPN 1 Kotabaru. Kotabaru merupakan sebuah pulau kecil yang terpisah dari pulau Kalimantan.
Perjalanan saya dilakukan lewat jalan darat pada pagi sabtu tanggal 14 Juni, meski sebenarnya dapat juga dilakukan lewat jalan udara. tapi saya lebih memilih lewat darat dengan dua alasan, yang pertama karena saya takut naik pesawat kecuali kepepet. saya pegang teguh prinsip kalau memang bisa dijalani via darat, kenapa harus via udara. agak paranoid juga kali ya. Dalam pikiran saya, kalo lewat darat, seandainya terjadi sesuatu selama diperjalanan, kans untuk selamat adalah 50%, tapi kalau lewat udara kans untuk selamat nyaris 0%. Bagi yang senang jalan udara jangan protes ya..,boleh dong saya punya pendapat.
Alasan yang kedua, karena kondisi keuangan saya yang tidak memungkinkan, tiketnya nyaris 6x lipat dari jalan darat. Maklumlah, meskipun biaya transport diganti panitia, tapi tetap saja saya harus merogoh kocek untuk beli tiket duluan.
Karena dua alasan itulah, saya mantap memilih jalan daratt, tentu saja dengan segala konsekuensinya. Pertama, saya harus rela duduk di bis nyaris 10 jam. kedua, saya harus tahan goncangan, soalnya jalan yang dilalui dari Banjarmasin - kotabaru nyaris 75% adalah jalan yang penuh dengan lobang, baik yang besar maupun yang kecil. Ibarat wajah yang kena cacar, sudah parah sekali, mungkin ketika kena cacar tidak diberi pengobatan apapun sehingga udah nyaris kena seluruh wajah baru di obati. Ketiga, saya duduk di samping bapak-bapak yang nyaris sepanjang jalan tidur selalu. sebenarnya tidak jadi masalah sih seandainya Bapak itu tidak tidur sambil nyender di bahu, jadinya ikutan pegel. Ke empat, saya harus rela menghirup asap rokok, karena penunpang yang duduk di belakang saya kelihatannya adalah seorang perokok berat, sehingga habis rokok sebilah, terbitlah rokok sebilah lagi. (bersambung)