Terima kasih saya pada Anda yang sudi mengunjungi saya, di lain kesempatan dapat bertemu lagi.

Salam Perdamaian dan Persahabatan !


Tak lebih yang dapat saya katakan pada Anda selain terimalah Perdamaian Dunia dan ikatan tali Persahabatan Semesta. Sesuatu yang indah di hati kita adalah catatan kenangan
yang pernah singgah dan mengesankan dalam sejarah hidup dan kehidupan kita.
Kedua tapak tangan tertangkup satu, matur sembah nuwun
Fitri Jamilah

Kamis, 23 April 2009

Bagaiman Guru Ideal?

Bagaimana guru yang ideal? Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sederhana, namun untuk menjawabnya memerlukan telaah yang dalam. Setiap orang jika ditanya bagaimana menurutnya guru yang ideal, pastilah akan menjawab dengan merujuk pada sosok gurunya yang paling disenangi di sekolah.

Saya sendiri jika ditanya bagaimana guru yang ideal maka saya akan menjawab sambil mengingat salah satu guru favorit saya semasa SMA yaitu Pak Basuki guru Ekonomi Akuntansi. Beliau menurut saya merupakan guru yang ideal karena menguasai materi pelajaran, dalam menyampaikan materi bervariasi dan juga menyenangkan, tidak seperti guru lainnya yang sering hanya ceramah atau sesekali tanya jawab saja, cara beliau menyampaikan materi runtut, bertahap, simpatik, dan sesekali diselingi humor. Wawasannya luas, kadang kami bertanya tentang sesuatu yang tidak sedang dipelajari, namun masih ada kaitannya dengan materi, maka beliau menjelaskannya sampai kami puas. Namun meskipun baik, beliau juga tegas, jika ada teman yang tidak mengerjakan PR atau tugas maka akan diberi hukuman seperti diberi bonus PR atau tugas. Guru saya itu juga disiplin, rasa-rasanya beliau tidak pernah terlambat masuk kelas. Sifat beliau juga ramah dan sabar, serta menghargai pendapat murid-muridnya. Pendek kata, dari segi sifat dan skill yang dimiliki beliau benar-benar menunjukkan bahwa beliau pantas menjadi sosok guru yang ideal di mata saya. Sampai-sampai menginspirasi saya untuk menjadi seorang akuntan.

Begitulah sosok guru ideal versi saya, namun jika secara teoritis, cukup banyak pendapat tentang bagaimana guru yang ideal, pendapat-pendapat tersebut di antara nya adalah:

Ø Menurut Sardiman dalam buku. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (2004) guru yang ideal itu diharapkan memiliki 10 kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. kemampuan menguasai bahan atau materi pembelajaran,

2. merencanakan program belajar mengajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
atau RPP), dan

3. kemampuan melaksanakan program belajar mengajar dalam menciptakan
interaksi yang sesuai dengan situasi dan kondisi

Ø Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru menjelaskan bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru profesional sudah barang tentu mengacu pada guru ideal menurut pemerintah.

Ø Hasil Diskusi Forum Seleksi Guru Berprestasi tahun 2005 Provinsi Kalimantan Selatan, berhasil merumuskan kata kunci guru ideal, yaitu :

SIFAT

AKADEMIS

KINERJA

Jujur

Sabar

Tabah

Ramah

Bijaksana

Adil

Disiplin

Homuris

Penguasaan bahan

Penguasaan metode

Penguasaan teknologi

Penguasaan pembelajaran

Penguasaan penguatan

Penguasaan visi dan misi

Dedikasi tinggi

Kreatif

Profesional

Komit terhadap tugas

Bisa diteladani

Sumber Buletin Mahing, LPMP Kalsel Edisi November 2005

Sosok guru ideal mungkin akan terus berkembang kata kuncinya seiring perkembangan dunia pendidikan, tapi yang pasti kita pasti akan menyetujui jika sosok guru ideal seperti Ibu Muslimah di Film Laskar Pelangi akan selalu mendapat tempat sebagai guru ideal sepanjang masa.

Selasa, 05 Agustus 2008

Journey to Kotabaru (last part)

Esok paginya, begitu bangun tidur, sejenak saya mengumpulkan jiwa dan mengingat-ngingat sedang berada dimana. Setelah jiwa terkumpul semua, baru saya ingat kalau lagi berada di Kotabaru. Selesai sholat, mandi dan berpakaian, saya dijemput lagi oleh panitia dan diajak makan pagi nasi kuning di dekat pasar Kotabaru, rasanya enak.
Jam 09.00 pagi kegiatan dimulai dan berakhir jam 16 sore. Kegiatan IHT-nya berjalan lancar, saya merasa puas karena kelihatannya pesertanya yang semuanya guru-guru SMPN 1 Kotabaru plus kepala sekolah terlihat antusias dan mengikuti kegiatan sampai habis. Dalam hati saya berharap, semoga mereka tidak hanya tertarik mendapatkan teori tapi juga termotivasi untuk mengaplikasikan dalam bentuk kegiatan konkrit berupa perubahan dalam cara pandang mengajar, agar tidak lagi gurusentris, tapi sudah siswasentris.
Tiba di penginapan Saijaan diantar panitia waktu sudah menunjukkan jam 16.30. Ternyata Panitia sudah mempersiapkan tiket pesanan saya (tentu lewat jalan darat lagi), karena saya harus buru-buru pulang supaya bisa tiba subuh senin di Banjarmasin dan langsung kerja lagi. Kembali saya harus menempuh perjalanan nyaris 10 jam, bedanya kalo pertama berangkat saya bisa menceritakan kondisi di pejalanan, kalau saat pulang saya tidak bisa cerita apa-apa, selain karena alasan perjalanan di lakukan malam hari, juga karena kelelahan sehingga nyaris sepanjang jalan aktivitas utama saya hanya TIDUR. (tamat).

Minggu, 13 Juli 2008

Journey to Kotabaru (bagian 2)

Begitulah..,setelah menempuh perjalanan nyaris 10 jam, akhirnya saya sampai juga di Kotabaru bumi saijaan. Saya akui bahwa kosa kata bahasa daerah saya agak payah, saya benar-benar tidak tau apa arti saijaan. Waktu dengar kata itu, terpikir juga ingin tau apa artinya dengan bertanya pada orang yang menetap di sana. sayangnya, PDI (penurunan daya ingat) membuat saya lupa. Sampai di terminal kotabaru, saya sudah ditunggu oleh dua orang bapak yang ternyata Panitia IHT dan guru di SMPN 1 Kotabaru. Maklumlah, saya sudah bikin janji untuk dijemput di terminal.
Oleh panitia IHT, saya diinapkan di Wisma Saijaan yang lokasinya ada di pinggir laut (siring). Kebetulan saat itu sedang memperingati Hari Ulang tahun Kotabaru sehingga ada acara pameran di Siring. Layaknya pameran, tentu banyak orang yang datang. Kelihatannya ada dua kelompok besar stand yang ada di sana, yang pertama stand untuk Lembaga-lembaga/badan usaha/Perusahaan milik pemerintah atau swasta, dan yang kedua bagian stand untuk pedagang-pedagang. dari pengamatan sekilas, kelihatannya pengunjung lebih tertarik mengunjungi stand kategori kedua, tidak tau kenapa, mungkin karena memang orang-orang kotabaru senang belanja ketimbang memperluas wawasan tentang lembaga-lembaga/badan usaha/perusahaan yang ada di di daerahnya.
Di bagian belakang stand, terdapat jejeran warung-warung tempat makan, mulai dari pisang goreng sampai kepiting asam manis ada di sana. Kesanalah saya diajak panitia untuk makan setelah cek in di Wisma Saijaan. Saya pilih menu yang familiar, ayam goreng dan lalapan. asyik juga makan di sana sambil memandang ke laut, sensasi suasana yang tidak akan saya temui di Banjarmasin, kecuali kalau saya mau bersusah payah mencapai pinggir laut tentunya. Saya akui, panitia IHT memang pintar menjamu tamu, saya merasa sangat terlayani, sampai-sampai merasa tidak enak hati. Habis makan, saya diantar balik ke wisma. saya sendiri tentunya perlu istirahat untuk kegiatan esok pagi, untungnya panitia mengerti tanpa saya katakan, karena mereka buru-buru pamit pulang. (bersambung)

Rabu, 18 Juni 2008

JOURNEY TO KOTABARU (Bagian 1)

Tanggal 14 dan 15 Juni yang lalu, saya mendapat sebuah kesempatan yang sangat langka untuk dapat mengunjungi kotabaru, salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan, karena di undang oleh Panitia In House Training SMPN 1 Kotabaru. Kotabaru merupakan sebuah pulau kecil yang terpisah dari pulau Kalimantan.
Perjalanan saya dilakukan lewat jalan darat pada pagi sabtu tanggal 14 Juni, meski sebenarnya dapat juga dilakukan lewat jalan udara. tapi saya lebih memilih lewat darat dengan dua alasan, yang pertama karena saya takut naik pesawat kecuali kepepet. saya pegang teguh prinsip kalau memang bisa dijalani via darat, kenapa harus via udara. agak paranoid juga kali ya. Dalam pikiran saya, kalo lewat darat, seandainya terjadi sesuatu selama diperjalanan, kans untuk selamat adalah 50%, tapi kalau lewat udara kans untuk selamat nyaris 0%. Bagi yang senang jalan udara jangan protes ya..,boleh dong saya punya pendapat.
Alasan yang kedua, karena kondisi keuangan saya yang tidak memungkinkan, tiketnya nyaris 6x lipat dari jalan darat. Maklumlah, meskipun biaya transport diganti panitia, tapi tetap saja saya harus merogoh kocek untuk beli tiket duluan.
Karena dua alasan itulah, saya mantap memilih jalan daratt, tentu saja dengan segala konsekuensinya. Pertama, saya harus rela duduk di bis nyaris 10 jam. kedua, saya harus tahan goncangan, soalnya jalan yang dilalui dari Banjarmasin - kotabaru nyaris 75% adalah jalan yang penuh dengan lobang, baik yang besar maupun yang kecil. Ibarat wajah yang kena cacar, sudah parah sekali, mungkin ketika kena cacar tidak diberi pengobatan apapun sehingga udah nyaris kena seluruh wajah baru di obati. Ketiga, saya duduk di samping bapak-bapak yang nyaris sepanjang jalan tidur selalu. sebenarnya tidak jadi masalah sih seandainya Bapak itu tidak tidur sambil nyender di bahu, jadinya ikutan pegel. Ke empat, saya harus rela menghirup asap rokok, karena penunpang yang duduk di belakang saya kelihatannya adalah seorang perokok berat, sehingga habis rokok sebilah, terbitlah rokok sebilah lagi. (bersambung)